Sabtu, Mei 10, 2008
Hijrah ke Wordpress :-)
Susah ya punya dua blog..karena blog ini gk komunikatif (karena yg ngasih komen juga kudu blogspot)..jdi saya istiqomah aja dg blog yg di wordpress. silahkan http://defickry.wordpress.com
Wassalamualaikum.
Rabu, Oktober 31, 2007
Filsafat dan Komunikasi
Leaving out the third case: one must be both - a philosopher.
~Friedrich Nietzsche
I also realized that the philosophers, far from ridding me of my vain doubts, only multiplied the doubts that tormented me and failed to remove any one of them. So I chose another guide and said, Let me follow the Inner Light; it will not lead me so far astray as others have done, or if it does it will be my own fault, and I shall not go so far wrong if I follow my own illusions as if I trusted to their deceits. ~Jean Jacques Rousseau
Tidak mudah membincang filsafat. Butuh beberapa kali berpikir dan mengerutkan dahi. Tulisan di bawah ini akan menjawab beberapa poin pertanyaan terkait permasalahan filsafaat ini.
Apa itu Filsafat?
Apa manfaat mempelajarinya?
BANYAK referensi yang dapat menjawab dua pertanyaan di atas. Berbagai mazhab dan pemikiran banyak tokoh saling silang menjelaskan betapa maha luasnya filsafat itu. Fisafat itu hakekat. Filsafat itu sesuatu yang benar. Kebenaran yang dibenar-benarkan. Kebenaran agung dan sesuatu yang selalu dipikirkan tiada henti.
Kata falsafah atau filsafat dalam merupakan kata serapan bahasa Arab فلسة, yang juga diambil dari philosophy (Inggris), philosophia (Latin), Philosophie (Jerman, Perancis). Kesemua kata tersebut diambil dari bahasa Yunani philosophia. Kata ini merupakan gabungan dua kata philein berarti mencintai dan philos berarti persahabatan, cinta dsb dan sophos berarti bijaksana dan Sophia berarti kebijaksanaan. Sehingga arti harafiahnya adalah seorang “pencinta kebijaksanaan” atau “ilmu”.
Filsafat adalah usaha untuk memahami dan mengerti dunia dalam hal makna dan nilai-nilainya. Ia juga termasuk ilmu pengetahuan yang paling luas cakupannya dan bertujuan untuk memahami (understanding) dan kebijaksanaan (Wisdom).
Menurut Wikipedia Indonesia, definisi kata filsafat bisa dikatakan merupakan sebuah problema falsafi pula. Tetapi paling tidak bisa dikatakan bahwa “falsafah” itu kira-kira merupakan studi daripada arti dan berlakunya kepercayaan manusia pada sisi yang paling dasar dan universal. Studi ini didalami tidak dengan melakukan eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan problem secara persis, mencari solusi untuk ini, memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu dan akhirnya dari proses-proses sebelumnya ini dimasukkan ke dalam sebuah dialektik. Dialektik ini secara singkat bisa dikatakan merupakan sebuah bentuk daripada dialog.
Ada banyak cara untuk memahami filsafat itu sendiri. Filsafat bahkan sering kali dipadukan dengan berbagai cabang ilmu lainnya yang hakikatnya adalah untuk memahami ilmu itu sendiri.
a. Filsafat sebagai sikap
Sebagai sikap, filsafat mengajarkan kita untuk lebih deasa dalam menyikapi berbagai hal dan permasalahan yang ada. Sikap menyelidiki secara kritis, toleran, dan bersedia meninjau ulang dengan perspektif yang berbeda.
b. Filsafat sebagai metode
Adalah cara berpikir secara efektif dan mendalam. Metode ini sangat mendalam dan menyeluruh bersifat inklusif dan synoptic (garis besar).
c. Filsafat sebagai kelompok persoalan
Terkait dengan persoalan dan pertanyaan-pertanyaan filsafati. Setiap orang (filsuf) berhak menjawabnya dengan argumentsi logis dan kuat.
d. Filsafat sebagai sekelompok teori
Ini ditandai dengan pemunculan filsafat yang juga seiring dengan munculnya teori-teori besar hasil pemikiran filsuf besar semisal Aristoteles, Socrates, Plato, August Comte, Karl Marx, Thomas Aquinas, dl. Besarnya kadar subyektifitas seorang filsuf dalam memaknai filsafat membuat kita sulit menentukan sistem pemikiran baku filsafat itu sendiri.
e. Filsafat sebagai analisis logis tentang bahasa
Mempelajari arti dan hubungan di antara konsep dasar yang dipakai setiap ilmu. Sehingga seorang filsuf berusaha menjelaskan berdasarkan kefilssafatan secara umum dan tidak berhenti pada penjelasan khusus saja.
f. Filsafat sebagai usaha untuk memperoleh pandangan yang meneyeluruh
Berbeda dengan ilmuwan yang memandang hanya pada satu pandangan khusus suatu keilmuan, mala filsuf melihat dunia dengan pemahaman yang menyeluruh dan total. Sehingga akan diperoleh kesimpulan-kesimpulan umum tentang sifat-sifat dasar alam semsta dan kedudukan manusia di dalamnya serta mencari hunbungan di antaranya.
A
dapun manfaat yang didapat ketika mempelajari filsafat adalah terbentuknya sebuah pandangan baru terhadap fenomena keilmuan dan hakikat alam itu sendiri. Jika selama ini kita dihadapkan pada lokus dan focus fenomena tertentu maka dengan filsafat dinding lokus dan focus tersebut dengan sendirinya hancur bersamaan dengan pemikiran filsafat itu sendiri. Kita lebih memahami bahwa sebuah pandangan memiliki konsekuensi terhadap sikap yang akan kita ambil dalam menyikapi sebuah persoalan. Dengan filsafat, kita akan lebih bijak dalam berpikir, bersikap, dan bertindak.
Lebih jauh, manfaat filsafat kembali pada tujuan filsafat itu sendiri. Dalam konteks ini, filsafat berusaha meluruskan kembali pemikiran-pemikiran seluruh bidang kelimuan pada aspek pragmatic kebermanfaatannya yang sangat etis. Sehingga tanggungjawab etis pengamalan ilmu pengetahuan dan hakikat sesuatu menjadi lebih jelas. Karena filsafat merekonstruksi secara interdisiplliner ontologism, potensi epistemologis, dan fungsional etis yang semuanya sangat terkait dengan kepentingan tujuan hidup manusia itu sendiri.
Salah satu objek dalam penelitian Ilmu Komunikasi
Stasiun TV Swasta Jogja TV
O
bjek penelitian komunikasi yang dipilih yaitu stasiun televisi komersil swasta Jogja TV. Jogja TV merupakan TV local komersil tertua yang beroperasi di Yogyakarta yang launching pada tanggal 17 September 2004, sesuai dengan slogannya “Tradisi Tiada Henti”, Jogja TV mengukuhkan diri sebagai stasioun tradisi.
Nama, Logo, dan Slogan
Secara keseluruhan logo berbentuk sebuah Warangka Keris yang dipadukan dengan tulisan Jogja TV dengan huruf font Scie Field. Pemilihan logo ini mengandung filosofi bahwa dalam kehidupanya manusia ibarat gelombang yang penuh dinamika yang dicerminkan dalam bentuk Luk Keris.
Keris sendiri merupakan senjata yang digunakan oleh prajurit Keraton yang memiliki kek\uatan dalam mengahadapi peperangan. Keris juga memberikan gambaran bahwa Jogja TV adalah sebuah senjata masyarakat Jogja yang mampu memberikan semangat untuk membangun daerah dan nasionalisme pada umumnya. Hal ini juga yang mampu memberikan kekuatan bagi Jogja untuk menjawab tantangan globalisme mengingat Jogja sebagai pintu gerbang pariwisata, penjaga nilai budaya, dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Warna-warna yang digunakan dalam logo tersebut juga mengandung beberapa arid an filosofi yang begitu kuat. Warna hijau menggambarkan kesuburan alam yang perlu dilestarikan. Warna tersebut juga berusaha mencitrakan masyarakat Yogyakarta sebagai masyarakat yang penuh kedamaian, aman, dan nyaman. Warna kuning menggambarkan bahwa Jogja TV mempunyai visi dan kekuatan untuk mengembangkan nilai-nilai atau tradisi jogja di mana Keraton sebagai pusatnya.
Tulisan Jogja TV itu sendiri merupakan perpaduan antara font Scie Field dan Swiss 721 Bd Rnd Bt yang mengesankan tulisan Jawa Kuno. Hal ini bermaksud untuk memvisualisasikan kedinamisan budaya nenek moyang dengan perkembangan zaman.
Bentuk Stasiun, Positioning, dan Audiens
Jogja TV merupakan salah satu stasiun tekevisi yang tergabung dalam Grup Bali TV. Kerjasama tersebut meliputi jaringan, program, manajemen, dan kebijakan. Di Yogyakarta sendiri, Jogja TV berafiliasi dengan Radio Global FM.
Sebagai TV tradisi yang menjadikan keraton sebagai kiblatnya, segmentasinya pun termasuk segmentasi umur dengan batasan usia mayoritas 20-30 tahun dan dewasa berkeluarega usia 30-45 tahun.
Visi dan Misi
Jogja TV menjadi salah satu pilar kekuatan yang turut mengembangkan kebudayaan adiluhung Yogyakarta sebagai Daerah Istimewa demi tercapainya masyarakat yang dinamis dan bercitra budaya tinggi sehingga mampu mengembangaka basis tradisi yang ada menjadi sebuah inovasi di segala bidang kehidupan social, seni budaya, ekonomi, maupun pengetahuan dan teknologi.
Status Hukum Perusahaan
Perusahaan ini didirkan dengan Akte Pendirian Perseroan Terbatas tanggal 14 Juni 2003 dengan nomor Akta: 32 yang dibuat di Denpasar. Dan mendapat NPWP: 02.205.736. 8-542 dari Departemen Kehakiman pada tanggal 2 September 2003. Selain itu, Jogja TV juga memiliki izin Gubernur DIY Nomor: 483/0973 pada tanggal 16 Maret 2004 dengan menempati kanal 48 UHF.
Pengelolaan Media dan Sumber Daya
Jogja TV memilliki manajemen sendiri dalam hal operasionalnya yang berada di bawah manajemen Bali Pos Grup. Sebanyak 20 % dari total karyawan di Jogja TV ditempati oleh “orang” Bali TV terutama di jajaran Top Management dan teknis operasional dengan pertimbangan penyeragaman mind set sebagai TV local.
Jogja TV dikelola oleh Direksi dan Komisaris sebagi berikut:
Direktur utama : Drs. RM. Sudiyanto
Komisaris Utama : GBPH Prabukusumo, S.Psi
Komisaris : Drs. Oka Kusumayudha
Drs. Anak Bagus Gede Satria Narada
Kedua posisi tersebut didukung oleh 173 karyawan dengan komposisi 20% dari Bali TV, 60% dari Yogyakarta, dan 20% dari kota lain. Karyawan-karyawan yang berasal dari Yogyakarta dan lain kota dibuka secara terbuka melalui media massa.
Serikat Pekerja
Saat ini belum ada Serikat Pekerja di JOgja TV. Maka untuk melindungi karyawannya, semua pegawai diikutsertakan ke dalam asuransi Jamsostek.
Evaluasi
Untuk memaksimalkan hasil yang dicapai, maka evaluasi diadakan setiap satu bulan sekali untuk melihat prospek program, rating program, dan respon audiens. Untuk hal itu, Jogja TV menggunakan jasa survey AC Nielsen.
Lokasi
Jogja TV memiliki dua lokasi kerja:
a. Stasiun Jogja TV
Jl. Wonosari Km 9, Gandu Sendangtirto, Berbah, Sleman, DIY.
Telp (0274) 451900
Fax (0274) 451800
b. Kantor Pemasaran
Jl. MP. Mangkubumi No.105, Yogyakarta.
Telp (0274) 560686
Sarana Kelengkapan Siaran
Gedung Stasiun Jogja TV di Berbah belum sepenuhnya selesai dibangun. Rencananya, gedung tersebutterdiri dari empat lantai dengan lantai 1 yang terdiri dari lobby, studio berita, ruang ganti, ruang redaksi pemberitaan, dan studio utama, ruang pemancar, menara pemancar, ruang listrik, ruang maintenance, dan ruang jaga.
Lantai 2 terdiri dari kantor, ruang lighting, ruang kontrol produksi, ruang audio, ruang master control, ruang pasca produksi, dan ruang kreatif. Lantai 3 terdiri dari ruang staff dan redaksi. Sedangkan lantai 4 sebagai aula pertemuan. Namun, sampai saat ini pembangunan tersebut baru mencapai 75% (tahun 2005).
Jangkauan siaran melingkupi seluruh DIY, Magelang Muntilan, Temanggung, Purworejo, dan Solo.
Penyedia Program Acara
a. In House Production
Porsinya paling banyak dan berbentuk news, feature, dan talkshow.
b. Membeli program dari Production House
Yaitu dengan membeli dari Production House yang sesuai dengan karakter Jogja TV.
c. Pasokan dari grup/jaringan
Me-relay acara program nasional dari Bali TV dan juga bekerja sama dengan Batam TV, Bandung TV, Cakra TV, Workshop Television.
d. Bekerja sama dengan jaringan penyiaran internasional
Bekerja sama dengan Voice of America (Voa).
Pembiayaan dan Pemasokan Iklan
Modal sebesar 16 Milyar diperkirakan tertutupi pada tahun 2008 dengan asumsi pendpatan iklan meningkat 10% tiap tahun. Pembiayaan bertumpu pada modal awal sedangkan perolehan iklan mampu menutupi 30% biaya operasional perbulan yang mencapai 180 juta. Pasokan iklan terbesar berasal dari local sebesar 60% selebihnya berasal dari Bali Grup dan nasional. Selain itu, Jogja TV dan Bali TV memiliki agensi iklan yang sama, sehingga memudahkan penetrasi iklan yang masuk.
Jogja TV juga bekerja sama dengan Radio Global FM dengan sisitem timbale balik. Yang beriklan di Radio Global FM bisa mendapat diskon beriklan di Jogja TV, pun sebaliknya.
Asosiasi
Jogja TV aktif dalam Asosiasi Televisi Lokal Indonesia (ATVSI).
Ranah dalam filsafat Ilmu Komunikasi: Ontologis, Epistemologis, dan Aksiologis serta contoh yang relevan
Get married, in any case. If you happen to get a good mate, you will be happy; if a bad one, you will become philosophical, which is a fine thing in itself.
~Socrates, in Diogenes Laertius, Lives
When he to whom one speaks does not understand, and he who speaks himself does not understand, that is metaphysics.
~Voltaire, Philosophical Dictionary
P
ada dasarnya mata kuliah Filsafat Komunikasi memeberikan pengetahuan tentang kedudukan Ilmu Komunikasi dari perspektif epistemology (Buku Panduan Akademik: 217).
Ontologis: What It Is?
ONTOLOGI berarti studi tentang arti “ada” dan “berada”, tentang cirri-ciri esensial dari yang ada dalam dirinya sendiri, menurut bentuknya yang paling abstrak (Suparlan: 2005). Ontolgi sendiri berarti memahami hakikat jenis ilmu pengetahuan itu sendiri yang dalam hal ini adalah Ilmu Komunikasi.
Ilmu komunikasi dipahami melalui objek materi dan objek formal. Secara ontologism, Ilmu komunikasi sebagai objek materi dipahami sebagai sesuatu yang monoteistik pada tingkat yang paling abstrak atau yang paling tinggi sebagai sebuah kesatuan dan kesamaan sebagai makhluk atau benda. Sementara objek forma melihat Ilmu Komunikasi sebagai suatu sudut pandang (point of view), yang selanjutnya menentukan ruang lingkup studi itu sendiri.
Contoh relevan aspek ontologis Ilmu Komunikasi adalah sejarah ilmu Komunikasi, Founding Father, Teori Komunikasi, Tradisi Ilmu Komunikasi, Komunikasi Manusia, dll.
Epistemologis: How To Get?
HAKIKAT pribadi ilmu (Komunikasi) yaitu berkaitan dengan pengetahuan mengenai pengetahuan ilmu (Komunikasi) sendiri atau Theory of Knowledge. Persoalan utama epsitemologis Ilmu Komunikasi adalah mengenai persoalan apa yang dapat ita ketahui dan bagaimana cara mengetahuinya, “what can we know, and how do we know it?” (Lacey: 1976). Menurut Lacey, hal-hal yang terkait meliputi “belief, understanding, reson, judgement, sensation, imagination, supposing, guesting, learning, and forgetting”.
Secara sederhana seebtulnya perdebatan mengenai epistemology Ilmu Komunikasi sudah sejak kemunculan Komunikasi sebagai ilmu. Perdebatan apakah Ilmu Komunikasi adalah sebuah ilmu atau bukan sangat erat kaitannya dengan bagaimana proses penetapan suatu bidang menjadi sebuah ilmu. Dilihat sejarahnya, maka Ilmu Komunikasi dikatakan sebagai ilmu tidak terlepas dari ilmu-ilmu social yang terlebih dahulu ada. pengaruh Sosiologi dan Psikologi sangat berkontribusi atas lahirnya ilmu ini. Bahkan nama-nama seperti Laswell, Schramm, Hovland, Freud, sangat besar pengaruhnya atas perkembangan keilmuan Komunikasi. Dan memang, Komunikasi ditelaah lebih jauh menjadi sebuah ilmu baru oada abad ke-19 di daratan Amerika yang sangat erat kaitannya dengan aspek aksiologis ilmu ini sendiri.
Contoh konkret epistemologis dalam Ilmu Komunikasi dapat dilihat dari proses perkembangan kajian keilmuan Komunikasi di Amerika (Lihat History of Communication, Griffin: 2002). Kajian Komunikasi yang dipelajari untuk kepentingan manusia pada masa peperangan semakin meneguhkan Komunikasi menjadi sebuah ilmu.
Aksiologis: What For?
HAKIKAT individual ilmu pengetahuan yang bersitaf etik terkait aspek kebermanfaat ilmu itu sendiri. Seperti yang telah disinggung pada aspek epistemologis bahwa aspek aksiologis sangat terkait dengan tujuan pragmatic filosofis yaitu azas kebermanfaatan dengan tujuan kepentingan manusia itu sendiri. Perkembangan ilmu Komunikasi erat kaitannya dengan kebutuhan manusia akan komunikasi.
Kebutuhan memengaruhi (persuasive), retoris (public speaking), spreading of information, propaganda, adalah sebagian kecil dari manfaat Ilmu Komunikasi. Secara pragmatis, aspek aksiologis dari Ilmu Komunikasi terjawab seiring perkembangan kebutuhan manusia.
Epilog
T
ak mudah mengenal filsafat. Tidak singkat waktu yang diperlukan untuk mencerna maknanya. Namun, sekali kita tertarik menyelami dunianya, maka cakrawala keilmuan kita tak akan pernah dilekang waktu. Terakhir, selamat berfilsafat.
Sumber Pustaka:
Buku-buku
Suhartono, Suparlan. (2005). Filsafat Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta: Ar Ruzz
Tim Dosen Filsafat Ilmu. (1996). Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Fakulktas Filsafat UGM
Littlejohn, Stephen W. (2002). Theories of Human Communication. USA: Wadsworth Group
Miller, Katherine. (2002). Communication Theories: Perspectives, Processes, and Contexts. USA: McGraw Hill
Fiske, John. (1999). Introduction To Communication Studies. 2nd Edition. London: Guernsey Press Co Ltd
Skripsi
Astuti, Tri Sulistianing. (2005). TV Lokal Komersial di Yogyakarta (Studi Deskriptif Pendirian TV Lokal Komersial di Yogyakarta: Jogja TV, RBTV, dan Tugu TV). Skripsi. Yogyakarta: Fisipol UGM
Internet
Browsing tanggal 30 Maret 2007
http://www.mail-archive.com/psikologi_net@yahoogroups.com/msg00337.html
http://www.sarwono.net/artikel.php?id=113
http://ekawenats.blogspot.com/2006/06/teori-kritis-dan-varian-paradigmatis.html
http://www.quotegarden.com/philosophy.html
http://infectionary.blogspot.com/2007/03/tv-dan-penonton-buatan.html
http://72.14.235.104/search?q=cache:fiAjwC_aCvAJ:www.damandiri.or.id/file/yurniwatiunpadbab3.pdf+obyek+penelitian&hl=id&ct=clnk&cd=3&gl=id&lr=lang_id
http://www.damandiri.or.id/detail.php?id=323
Selasa, Oktober 30, 2007
Sejarah Ilmu Komunikasi
Pendahuluan
Pengetahuan bukan merupakan ilmu. Terdapat beberapa hal yang harus dipenuhi bagi suatu pengetahuan yang kredibel, atau memenuhi syarat-syarat ilmiah antara lain harus bersifat empiris, verivikatif, non-normatif, transmissible, general, dan explanotory. Di samping itu ilmu juga harus menekankan aspek ontologi, epistomologi, dan aksiologi. Ia harus bersifat ilmiah, sistematis, mempunyai metode, objek kajian, lokus, dan fokus tertentu Dalam kaitannya dengan pemahaman ilmu di atas, ilmu komunikasi sering mendapatkan keraguan dalam keberadaan dan keeksistensiannya sebagai ilmu di tengah kemajuan teknologi informasi saat ini. Hal ini mungkin salah satunya disebabkan perkembangan historis komunikasi menjadi sebuah ilmu melalui tahapan dimensi waktu yang terlalu jauh (berdasarkan pemahaman catatan sejarah perkembangan ilmu komunikasi di daratan Amerika).
Perkembangan komunikasi sebagai ilmu selalu dikaitkan dengan aktifitas retorika yang terjadi di zaman Yunani kuno, sehingga menimbulkan pemahaman bagi pemikir-pemikir barat bahwa perkembangan komunikasi pada zaman itu mengalami masa kegelapan (dark ages) karena tidak berkembang di zaman Romawi kuno. Dan baru mulai dicatat perkembangannya pada masa ditemukannya mesin cetak oleh Guttenberg (1457). Sehingga masalah yang muncul adalah, rentang waktu antara perkembangan ilmu komunikasi yang awalnya dikenal retorika pada masa Yunani kuno, sampai pada pencatatan sejarah komunikasi pada masa pemikiran tokoh-tokoh pada abad 19, sangat jauh. Sehingga sejarah perkembangan ilmu komunikasi itu sendiri terputus kira-kira 1400 tahun. Padahal menurut catatan lain, sebenarnya aktifitas retorika yang dilakukan pada zaman Yunani kuno juga dilanjutkan perkembangan aktifitasnya pada zaman pertengahan (masa persebaran agama). Sehingga menimbulkan asumsi bahwa perkembangan komunikasi itu menjadi sebuah ilmu tidak pernah terputus, artinya tidak ada mata rantai sejarah yang hilang pada perkembangan komunikasi. Makalah ini ingin mengangkat zaman persebaran agama yang berlangsung antara rentang waktu tersebut (zaman pertengahan) menjadi bagian dari perkembangan ilmu komunikasi. Sehingga zaman pertengahan menjadi jembatan alur perkembangan komunikasi dari zaman yunani kuno ke zaman renaissance, modern, dan kontemporer.
Pembahasan
Telah disinggung di atas bahwa fenomena komunikasi berkembang dan tercatat kembali pada awal ditemukannya mesin cetak oleh Gutenberg (1457). Padahal, pada abad-abad sebelumnya, aktifitas komunikasi sudah berkembang cukup pesat yang berlangsung di zaman pertengahan (persebaran agama). Mungkin masa ketika diketemukannya mesin cetak itu sendiri terjadi di zaman renaissance, dimana pemikiran-pemikiran ilmuwan telah bebas dari dogma-dogma agama. Sehingga mereka tidak menyinggung masa persebaran agama sebagai bagian dari sejarah perkembangan komunikasi itu sendiri. Rentang waktu antara tahun 500 SM (masa-masa pemikiran retorika di Yunani kuno) sampai pada penemuan mesin cetak (1457 M) merupakan abad-abad dimana terdapat proses perkembangan komunikasi yang dalam hal ini berbentuk ajaran dan keyakinan suatau agama (yang tentu pula tidak dapat dipungkiri bahwa dalam aktifitas persebaran ajaran agama, retorika dan bentuk komunikasi lainnya cenderung berperan besar dalam mengubah keyakinan seseorang). Sehingga tidak menyalahi aturan kalau makalah ini mencoba mengangkat masa penyebaran agama dan ajaran-ajaran bijak yang berlangsung antara rentang waktu tersebut dijadikan sebagai bagian dari mata rantai sejarah yang hilang dari perkembangan ilmu komunikasi itu.